Kaisar Hongwu (Hanzi: 洪武, lahir di Fengyang, Provinsi Anhui, 21 September 1328 – meninggal 24 Juni 1398 pada umur 69 tahun), yang nama aslinya Zhu Yuanzhang (朱元璋), adalah pendiri dan kaisar pertama Dinasti Ming di Tiongkok.
Ia menjadi kaisar dan mendirikan dinastinya setelah berhasil menggulingkan Dinasti Yuan (Mongol). Dalam sejarah Tiongkok, Zhu Yuanzhang adalah satu dari dua kaisar yang berasal dari golongan rakyat jelata (yang lain adalah Liu Bang/ Kaisar Han Gaozu, pendiri Dinasti Han). Ia adalah seorang kaisar yang kontroversial, di satu pihak ia memperhatikan kesejahteraan rakyatnya dan berusaha keras meningkatkan taraf hidup mereka, namun ia juga seorang tiran yang mengebiri kebebasan dan membunuh orang-orang yang membantunya naik ke kekuasaan yang dicurigai berpotensi merebut tahtanya.
Zhu lahir di Fengyang, Provinsi Anhui dari keluarga petani miskin dengan nama Zhu Chongba (朱重八). Pada masa mudanya bekerja sebagai penggembala sapi. Karena kedapatan memanggang dan memakan seekor ternak itu, tuannya memecatnya. Suatu ketika wabah penyakit menyerang desanya dan merenggut nyawa orang tua dan saudara-saudaranya. Kemudian ia menjadi biksu di Kuil Huangjue hanya untuk menyambung hidup di tengah bencana kelaparan saat itu. Di biara itulah ia mulai belajar membaca dan menulis, namun tak lama kemudian biara itu ditutup karena kekurangan dana sehingga ia harus hidup terlunta-lunta lagi sebagai pengemis.
Di tengah gelombang anti-Mongol yang saat itu sedang marak di Tiongkok, Zhu bergabung dengan Pemberontakan Sorban Merah, sebuah kelompok pemberontakan anti-Yuan yang berbasiskan campuran ajaran-ajaran keagamaan seperti Budha, Zoroaster, dan agama lainnya. Ia bekerja dibawah komando Guo Zixing. Berkat kecakapannya, dalam waktu singkat ia telah mendapat posisi penting dalam kelompok tersebut. Sejak itulah ia mengganti namanya menjadi Zhu Yuanzhang. Zhu menikah dengan putri angkat Guo, Ma Xiuying (kelak menjadi permaisuri pertama Ming). Ia sering berhubungan dengan sarjana-sarjana Konfusius dan tuan tanah, dari mereka ia memperoleh pelajaran mengenai cara-cara mengatur negara, sedangkan dari kelompok Sorban Merah ia banyak belajar mengenai kemiliteran.
Zhu mulai meninggalkan Budhisme dan beralih pada ajaran Konfusius dan neo-Konfusius. Anak miskin yang pernah menjadi biksu, pengemis, dan pencuri itu kini telah menjelma menjadi pemimpin pemberontak anti-Yuan yang reputasinya terkenal di seluruh negeri. Kharismanya menarik orang-orang berbakat dari seluruh penjuru negeri untuk bekerja padanya. Tahun 1356 ia menjadikan Yingtian (sekarang Nanjing) sebagai basisnya. Langkah pertamanya adalah menaklukkan sesama pemimpin anti-Yuan yang menjadi saingannya dan mempersatukan Tiongkok selatan, setelah itu barulah menghadapi Mongol.
Tahun 1363, ia mengalahkan Chen Youliang, saingan terbesarnya dalam mempersatukan Tiongkok, dalam Pertempuran Danau Poyang. Lalu disusul tahun 1367 mengalahkan Zhang Shicheng di Suzhou. Dengan slogan “usir Mongol dan pulihkan kejayaan Tionghoa” ia meraih dukungan dari orang Han yang memang membenci bangsa Mongol yang telah menjajah mereka selama seabad kurang. 23 Januari 1368, Zhu mengangkat dirinya sebagai kaisar dengan nama Kaisar Hongwu, dinastinya dinamakan Ming (yang artinya cerah) dan Nanjing adalah ibukota kerajaannya. Bulan Juli tahun yang sama, ia mengutus Xu Da, tangan kanan sekaligus sahabatnya, untuk menyerbu ibukota Yuan, Dadu (sekarang Beijing) dan berhasil memaksa kaisar Yuan terakhir, Kaisar Shun dari Yuan, melarikan diri ke utara. Tiongkok kembali dikuasai oleh bangsa Han dibawah panji Dinasti Ming.
Hongwu menjalankan pemerintahannya dengan tangan besi, ia selalu menuntut agar semua bawahannya untuk menjadi pejabat yang jujur dan taat hukum. Terhadap mereka yang korup dan melanggar hukum ia tidak segan-segan menjatuhkan hukuman yang berat, bahkan terhadap keluarganya sendiri seperti Pangeran Zhu Liangzu dan menantunya, Ouyang Lun yang dihukum mati karena korupsi. Pernah ada seorang pejabatnya yang terbukti menggelapkan uang dihukum dengan cara dikuliti dan kulitnya dibuat tas yang lalu digantungkan di aula utama sebagai peringatan bagi yang lain. Sejarah mencatat selama masa pemerintahannya, Hongwu telah menghukum mati ribuan pejabat korup.
Kitab undang-undang yang disusun pada masa pemerintahan Hongwu adalah salah satu prestasi besar Dinasti Ming. Kitab undang-undang ini disebut Daming Lu (大明律). Hongwu secara pribadi menaruh perhatian besar dalam penyusunannya, kepada para menterinya ia memerintahkan agar isi undang-undang itu komprehensif dan mudah dimengerti, sehingga tidak meninggalkan celah hukum untuk interpretasi ganda dengan memelintir bahasanya. Undang-undang ini adalah hasil pengembangan dari masa Dinasti Tang dalam hal perlakuan terhadap budak. Pada zaman Tang, budak diperlakukan tidak manusiawi seperti binatang peliharaan saja, bila ia dibunuh oleh warga bebas, maka pembunuhnya tidak akan dikenai sanksi hukum, namun pada masa Dinasti Ming, baik budak maupun warga bebas dilindungi oleh hukum.
Permaisuri pertama Hongwu, adalah Permaisuri Ma yang banyak berpengaruh dalam kehidupannya, seorang wanita yang bijak. Pernah suatu ketika Hongwu menangkap beberapa orang yang membuat teka-teki yang menghina Permaisuri Ma dan bemaksud menghukum mati mereka, namun sang permaisuri memberikan pengampunan pada mereka sehingga Hongwu membebaskannya. Ada teori yang mengatakan kematian Permaisuri Ma tahun 1382 mempengaruhi karakter Hongwu hingga menjadi keras tak terkedali dan mudah menghukum mati orang dengan alasan sepele.
Selain Permaisuri Ma, Hongwu juga memiliki sejumlah selir, beberapa diantaranya adalah wanita Korea, yang dikirim padanya oleh Raja Taejo dari Joseon (Yi Seonggye) untuk menandai persekutuan antara Tiongkok dan Korea yang juga baru melepaskan diri dari pengaruh Mongol. Dari hasil perkawinannya ia dikarunia puluhan putra dan putri. Ketika wafat tahun 1398, ia digantikan oleh cucunya Zhu Yunwen karena putra sulungnya (Zhu Biao) yang seharusnya naik tahta mati muda tahun 1392. Hongwu memiliki beberapa makam palsu dengan tujuan mencegah perusakan oleh lawan-lawan politiknya dan pencurian oleh penjarah makam. Makamnya yang asli baru ditemukan pada masa Dinasti Qing di Gunung Zijin, Nanjing.
Kisah hidup Hongwu/ Zhu Yuanzhang telah dijadikan serial televisi di RRC antara lain Kaisar Legendaris Zhu Yuanzhang (传奇皇帝朱元璋), Zhu Yuanzhang (朱元璋), dll. Dalam novel silat karya Jin Yong, Heaven Sword and Dragond Sabre (倚天屠龙记,yang di Indonesia lebih dikenal dengan judul Golok Pembunuh Naga), Zhu Yuanzhang dilukiskan sebagai seorang yang ambisius dan tidak segan-segan menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya. Dia bergabung dengan kelompok pemberontak yang bernama Kelompok Ming yang dipimpin oleh tokoh utama Zhang Wuji (Tio Buki). Di akhir cerita sebelum Zhang mengundurkan diri untuk hidup menyepi bersama kekasihnya, dia menyerahkan golok pembunuh naga dan kitab ilmu perang yang tersembunyi di dalam pedang surga pada Zhu dan berpesan padanya bila kelak berhasil mengalahkan bangsa Mongol agar mengabadikan nama kelompok mereka sebagai nama dinastinya dan menjadi kaisar yang baik, tidak menindas rakyat, dan tidak mengkhianati teman. Zhang berjanji akan mencari dan membunuhnya bila kelak ia menyimpang dari tujuan mulia kelompok itu.
Jumat, 30 April 2010
Kaisar Hongwu
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar